Sabtu, 31 Juli 2021

Shalat Tasbih

Bismillah,

Pada dasarnya tata cara pelaksanaan shalat sunnah tasbih tidak jauh berbeda dengan tata cara pelaksanaan shalat-shalat lainnya, baik syarat maupun rukunnya. Hanya saja di dalam shalat tasbih ada tambahan bacaan kalimat thayibah, yaitu membaca tasbih sebanyak 75 kali pada setiap rekaat.

Syekh Zainuddin al-Malibari dalam Fathul Mu’in ‘Faslun fi sholati nafli’ berkata :

Tata Cara Pelaksanaan

Adapun tata caranya secara ringkas adalah sebagai berikut:

1. Setelah membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya, sebelum ruku’ terlebih dahulu membaca kalimat subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar (selanjutnya kalimat ini disebut tasbih) sebanyak 15 kali.

2. Kemudian melakukan ruku’, pada saat ruku’ membaca tasbih  10 kali.

3. Lalu i’tidal, membaca tasbih 10 kali.

4. Kemudian sujud, pada saat sujud yang pertama membaca tasbih 10 kali.

5. Kemudian bangun untuk duduk diantara dua sujud membaca tasbih 10 kali.

6. Kemudian melakukan sujud yang kedua, membaca tasbih 10 kali.

7. Setelah sujud yang kedua tidak langsung berdiri memulai rekaat kedua, tetapi terlebih dahulu duduk untuk membaca tasbih 10 kali.

8. Setelah itu barulah bangun untuk berdiri kembali memulai rekaat kedua.

 

Dengan demikian maka dalam satu rekaat telah membaca tasbih sebanyak 75 kali. Untuk rakaat yang kedua tata cara pelaksanaan shalat dan jumlah bacaan tasbihnya sama dengan rekaat pertama, hanya saja pada rekaat kedua setelah membaca tasyahud sebelum salam, terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian membaca salam sebagaimana biasa sebagai penutup shalat.

Referensi Fathul Mu'in versi pdf

 

Shalat Tasbih Pelebur Dosa

Ulama Maroko Sayyidi Syekh Ahsan al-Ba’qili at-Tijani dalam kitabnya Al-Iroah jilid 1 halaman 143 berkata : “Dan biasakanlah melakukan shalat tasbih, karena dapat melebur dosa hingga bersih tanpa tersisa”.

Adapun tata caranya secara ringkas adalah sebagai berikut :

1. Setelah takbirotul ihrom membaca kalimat subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar wa la haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil adzim” 15 kali, lalu membaca surat Al-Fatihah dan surat al-Ikhlas 10 kali pada setiap rekaat, sebelum ruku’ membaca tasbih 10 kali.

2. Kemudian melakukan ruku’, pada saat ruku’ membaca tasbih  10 kali.

3. Lalu i’tidal, membaca tasbih 10 kali.

4. Kemudian sujud, pada saat sujud yang pertama membaca tasbih 10 kali.

5. Kemudian bangun untuk duduk diantara dua sujud membaca tasbih 10 kali.

6. Kemudian melakukan sujud yang kedua, membaca tasbih 10 kali.

7. Setelah itu barulah bangun untuk berdiri kembali memulai rekaat kedua, sama dengan pelaksanaan pada rekaat pertama. 

Referensi kitab Al-Iroah versi pdf


Selasa, 20 Juli 2021

Mengenang Mbah Yai Abdur Rozaq

 Mbah Yai Abdur Rozaq Imam

KH. Abdur Rozaq bin Mbah Yai Imam Kholil kembali kehadirat Sang Kholiq pada hari Ahad malam Senin 18 Juli 2021, bertepatan hari Tarwiyah tanggal 8 malam tanggal 9 Dzulhijjah 1442 H. Iya, saya mendengar kabar beliau wafat usai melakukan rutinitas Ngaji Rek yang bertempat di Surau Al-Fatih 5 Ughliq Songoyudan Mojokerto. Inna lillah wa Inna ilaihi rojiun.

Beliau -rohimahullah- adalah sosok ulama kharismatik nan sederhana, Istiqomah dalam wirid tarekat Tijaniyah pagi dan sore, bahkan selalu menghabiskan waktunya untuk bersholawat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa salam seperti Sahabat Nabi Ubay bin Ka'ab -radliyallahuanhu-.

Adapun riwayat dari murid-murid beliau yang bermulazamah beberapa hari sebelum wafatnya, beliau berkata:

1. Hari Rabu kemarin beliau dawuh kepada ikhwan. "Mrene saiki rasah nunggu Jumat Legi, aku mung kari 4 Dino" (kesini sekarang, tidak perlu menunggu hari Jumat Legi, umurku tinggal 4 hari). Setelah dihitung benar benar kurang 4 hari. Kamis, Jumat, Sabtu, Ahad.

2. "Hari Jumat beliau juga dawuh bahwa beliau sudah ditunggu Nyai Abdur Rozaq dan Maulana Syekh Ahmad Tijani".

3. Dulu setelah Mbah Yai Maimoen Zubair wafat, beliau Mbah Yai Abdur Rozaq bin Imam Kholil dawuh : "Maemoen kapundut wulan Dzulhijjah, aku sesuk yo kapundut wulan Dzulhijjah" (Maimun Zubair wafat bulan Dzulhijjah, saya nanti juga wafat bulan Dzulhijjah).

Demikianlah sepenggal kisah nyata yang dapat kita ambil hikmah dari beliau Sang Ulama Robbani. Semoga Allah ta'ala meridloi dan merahmati beliau, serta dikumpulkan dengan rombongan Maulana Syekh Ahmad Tijani. Aamiin

 

Murid beliau,

Ahmad Shohibul Muttaqin